Baru saja,
tepatnya 38 menit yang lalu, email terakhir kiriman dari seorang kawan telah
masuk. Segera kudonlot satu per satu. Malam ini tampak cerah, seperti halnya
perasaanku mendapati tiga buah email yang masuk secara beruntun.
Kuucapkan
terima kasih padamu, Gilang Nuari. Di sela kesibukanmu sebagai seniman, kamu
rela meluangkan waktumu untuk menggambar ilustrasi untukku. Bahkan, beberapa
waktu yang lalu, ketika kamu hendak pameran tunggal, masih sempat kamu mengirimiku
pesan pendek yang berisi permintaan agar beberapa ilustrasi untuk bukuku turut
serta kamu pamerkan. Sungguh kamu adalah seniman hebat. Doaku menyertaimu.
Buku? Ya,
kali ini, akan kuberanikan diriku untuk menerbitkan buku yang berisi kumpulan cerita.
Aku tidak bisa memberi nama apakah ini adalah buku kumpulan cerpen? Prosa? Atau
kumpulan curhat? Hehehe...
Jujur saja,
buku ini kutulis untuk seseorang. Tentu saja seorang perempuan. Jadi aku tidak
perlu menggunakan pengantar dari seorang penulis ternama. Memang, waktu itu,
aku sempat menghubungi kawan, sekaligus seniorku, Andy Sri Wahyudi. Seorang sutradara
ternama, aktor Thungklak-Thungklik,
dan tentu saja penulis untuk memberikan sebuah pengantar pada bukuku. Dengan
girang, ia, lantas berkoar akan memberikan pengantar yang lucu dan nggemesin. Aku bisa membayangkan apa isi
pengantar yang bakal ia tulis, tetapi secara sepihak, tanpa memberikan kabar
padanya, kuurungkan niatku. Bukan apa-apa, hanya saja, aku takut kesakralan
buku ini bisa rusak oleh ulah jailnya. Hehe pissss.... Terus terang, buku ini akan
sangat bagus ketika diberikan pengantar olehnya, karena dia pasti akan
benar-benar menghayati suasana kebatinan lahirnya buku ini. Tapi entah kenapa,
hati kecilku tetap menolaknya. Untuk mengganti rugi, jika masih berkenan, kang
mas Andy sudi kiranya memberikan pengantar bukuku selanjutnya, yang tak lama
lagi juga akan terbit. Mungkin awal tahun, atau bahkan akhir tahun ini.
Tulisan ini
hanya sebuah catatan terima kasih dan ucapan permintaan maaf. Itu saja.
0 comments:
Post a Comment