Candi Borobudur selalu menampakkan kegagahannya, meskipun pada saat erupsi Gunung Merapi, candi Borobudur sempat tertimbun hingga belasan centimeter oleh abu vulkanik. Kini, sedikit pun tak ada sisa abu vulkanik yang mengerubuti Borobudur, yang ada hanyalah keindahan alam, kekokohan batu-batu penyusun candi dengan segala ukiran-ukiran.
Dari puncaknya, dapat melihat pemandangan yang indah, tapi sayangnya, seorang petugas dengan membawa peluit mengingatkan kami bahwa hanya boleh berada di puncak selama 10 menit. Belum puas berada di puncak, rasa lelah pun mengahmpiri, serta sengatan sinar mentari membuat keringat mengucur deras membasahi pakaian. Tak tahan kaki ini menopang berat tubuh, akhirnya kusandarkan pada batuan candi. Belum sempat pantat ini menggapai tempatnya, si petugas meniupkan peluit dan berkata “Mas, mohon jangan duduk”. Sial, dengan jengkel aku pun pergi mencari tempat lain.
Sembari menghindar dari petugas peluit itu, aku pun terheran melihat beberapa patung Budha, yang tidak mempunyai kepala. Apakah ini sengaja, atau karena kerusakan? Satu per satu aku perhatikan. Namun, sayangnya tak ada satu pun yang bisa memberi penjelasan, bahkan petugas peluit itu pun tak bisa menjelaskan dengan detail.
Dengan membawa rasa penasaran, aku pun menuruni candi da bersiap untuk pulang. Di tengah perjalanan—masih di halaman candi—seorang perempuan menghampiri dan memberikan informasi bahwa ada sebuah Galeri Unik dan Seni Borobudur yang letaknya tak jauh dari candi. Kami pun langsung menuju galeri itu.
Begitu sampai di lantai dua, terlihat sosok manusia kecil tengah duduk di antara papan-papan yang dipakai untuk memajang foto dan gambar-gambar. Dengan senangnya aku menghampirinya, tapi saking asyiknya ngobrol, hingga lupa menanyakan namanya. Tinggi badanya tak lebih dari satu meter, bahkan ketika aku jongkok pun dia masih tetap lebih pendek dariku.
Kemudian aku melihat beberapa benda yang berada dalam kotak kaca. Benda itu ternyata adalah keris terkecil, ada pula origami terkecil. Benar-benar tak habis pikir bagaimana cara membuatnya.
Tak terasa, aku pun mendekati pintu keluar galeri. Ternyata masih ada satu kejutan lagi, ada sebuah patung dengan dada berlubang duduk bersila. Setelah kuamati dengan cermat, aku merasa mengenal sosok patung itu. Ternyata patung itu adalah patung Gus Dur. Patung ini dibuat oleh seniman yang aku lupa namanya, yang sengaja membuat patung menyerupai Budha dengan wajah Gus Dur.
Begitu terpukau aku mendapati seisi galeri. Tentu tidak berlebihan jika namanya adalah Galeri Unik dan Seni Borobudur.
Selamat berkunjung dan menikmati segala keunikan yang ada di dalamnya....
Borobudur, 4 Desember 2011
terakhir ane kesana 2 tahun lalu. jadi rindu suasananya. rindu jogja juga.
ReplyDeleteiya. memang jogja sll membuat rindu mas. kapan2 kesini lagi ya. hehe.. mas asli mana?
ReplyDeleteluar biasa..
ReplyDeleteartikel yg menarik..
aku sudah follow blognya.
aku tunggu followbacknya yah.. thank you..
http://sdftyujklvbn.blogspot.com/p/guestbook_07.html
ok. segera berseluncur...
ReplyDelete