Kamu datang tiba-tiba. Tak tahu bergerombol atau hanya sendirian. Jelasnya, Seng, atap rumahku saling membentur-benturkan badanya, hingga suara gemuruh tercipta memekakkan telinga seisi penghuni rumah.
Semua pintu dan jendela rumah, sengaja aku buka agar Seng itu tidak mencelat dan berterbangan ke angkasa akibat ulahmu, Angin.
Sekali lagi aku bertanya padamu, Angin. Apakah kamu sendirian atau bergerombol?
Sekeras apapun usahaku, indera penglihatanku tak mampu menembus wujudmu, hanya indera perasaku yang mampu merasakan kehadiranmu. Juga indera pendengaranku dapat mengerti kehadiranmu melalui suara Seng, atap rumahku yang saling bertepuk.
Lama kamu tak mau menjawab, hanya memberikan tanda-tanda akan kehadiranmu di sini, di kota tempat tinggalku. Sejak mentari memancarkan sinarnya, hingga saat ini langit kehilangan kecerahannya. Kamu mulai meninggalkan kota ini. Sekali lagi aku tak tahu apakah kamu sendirian atau bergerombol?
Tak lama setelah kepergianmu, datanglah segerombol burung kecil di angkasa. Satu per satu hinggap di kabel-kabel dan tiang listrik dekat rumah. Burung-burung itu tak seperti kamu, Angin. Mereka datang bergerombol. Indera penglihatanku mampu menerawangnya, indera pendengaranku mampu menangkap kicau mereka.
Barangkali, burung-burung itu pun kebingungan akibat ulahmu, Angin. Hingga mereka bergerombol dan bertengger mengamati angkasa yang mulai kelabu.
Aku berpesan padamu, Angin. Kelak, jika engkau mau hadir kembali, berikanlah pesan-pesan atas kedatanganmu agar semua tak kebingungan akibat ulahmu, Angin. Dan berpamitanlah ketika kamu akan meninggalkan kami. Karena hingga detik ini, aku masih kebingungan apakah kamu telah pergi atau masih bertengger di antara angkasa dan atap rumahku.
Kini, suara gemuruh Seng perlahan mulai redup, tergantikan oleh kicau burung-burung kecil di atas kabel-kabel dan tiang listrik di sekitar rumah.
Selamat jalan Angin. Bawalah seluruh kesialan dari Kota ini menuju antah berantah di seberang.
Semua pintu dan jendela rumah, sengaja aku buka agar Seng itu tidak mencelat dan berterbangan ke angkasa akibat ulahmu, Angin.
Sekali lagi aku bertanya padamu, Angin. Apakah kamu sendirian atau bergerombol?
Sekeras apapun usahaku, indera penglihatanku tak mampu menembus wujudmu, hanya indera perasaku yang mampu merasakan kehadiranmu. Juga indera pendengaranku dapat mengerti kehadiranmu melalui suara Seng, atap rumahku yang saling bertepuk.
Lama kamu tak mau menjawab, hanya memberikan tanda-tanda akan kehadiranmu di sini, di kota tempat tinggalku. Sejak mentari memancarkan sinarnya, hingga saat ini langit kehilangan kecerahannya. Kamu mulai meninggalkan kota ini. Sekali lagi aku tak tahu apakah kamu sendirian atau bergerombol?
Tak lama setelah kepergianmu, datanglah segerombol burung kecil di angkasa. Satu per satu hinggap di kabel-kabel dan tiang listrik dekat rumah. Burung-burung itu tak seperti kamu, Angin. Mereka datang bergerombol. Indera penglihatanku mampu menerawangnya, indera pendengaranku mampu menangkap kicau mereka.
Barangkali, burung-burung itu pun kebingungan akibat ulahmu, Angin. Hingga mereka bergerombol dan bertengger mengamati angkasa yang mulai kelabu.
Aku berpesan padamu, Angin. Kelak, jika engkau mau hadir kembali, berikanlah pesan-pesan atas kedatanganmu agar semua tak kebingungan akibat ulahmu, Angin. Dan berpamitanlah ketika kamu akan meninggalkan kami. Karena hingga detik ini, aku masih kebingungan apakah kamu telah pergi atau masih bertengger di antara angkasa dan atap rumahku.
Kini, suara gemuruh Seng perlahan mulai redup, tergantikan oleh kicau burung-burung kecil di atas kabel-kabel dan tiang listrik di sekitar rumah.
Selamat jalan Angin. Bawalah seluruh kesialan dari Kota ini menuju antah berantah di seberang.
Jogja, 23 Januari 2012
Wah, enak sekali punya kamera ya. Langsung njepret pas ada yang bagus. fotonya keren, Gus :)
ReplyDeleteiya Gus Hilal... saya cuma terisnpirasi Gigih yang sll mengabadikan setiap fenomena hehe
ReplyDeleteArtikel yang bagus. Angin bisa menyampaikan pesan kita yang tak bisa terucapkan...Semoga angin akan berhembus dengan sejuk bagi dunia.
ReplyDeleteyang dikhawatirkan, datangnya burung2 kecil di luar kebiasaan mbak Sweethy Amore
ReplyDelete