Oleh Jantan Putra Bangsa
Pajeksan adalah sebuah nama jalan di sebelah barat Malioboro. Tentunya sudah tidak asing lagi bagi sebagian warga Yogyakarta. Sebuah nama jalan yang bisa dikatakan ramai karena banyaknya pedagang di sepanjang jalan Pajeksan. Selain itu, terdapat pula sebuah Sekolah menengah (SLTP N 3 Yogyakarta) yang bertempat di jalan Pajeksan.
Situasi semacam ini tentunya tidak mengherankan jika jalan ini menjadi ramai. Banyak interaksi yang terjadi di sepanjang jalan Pajeksan. Misalnya saja, kertika siang hari banyak interaksi antara pedagang dengan siswa-siswi SLTP; tidak kalah menariknya, tukang becak atau kusir andong yang mangkal di sepanjang jalan Pajeksan menunggu penumpang. Selain itu, banyak juga orangtua yang menjemput anaknya—yang sekolah di SLTP N 3 Yogyakarta—menunggu di jalan ini. “setiap hari saya selalu ada di sini untuk menjemput anak saya, kecuali hari libur,” kata Heri, ayah salah satu siswa SLTP N 3 Yogyakarta.
Ketika malam hari tiba, jalan ini pun tidak lantas menjadi sepi. Interaksi yang terjadi semakin bertambah. Terutama dengan hadirnya minuman Lapen, sebuah minuman yang memabukkan di jual di sepanjang jalan Pajeksan. Selain itu, beberapa komunitas juga sering mangkal dan membeli Lapen di sini. Misalnya saja mahasiswa dari beberapa Universitas di Yogyakarta.
Ironisnya pencritaan buruk terhadap nama Pajeksan muncul. Nama Pajeksan saat ini identik dengan hal-hal yang berkaitan dengan mabuk. Terlepas dari itu semua, kegiatan di pajeksan juga diwarnai oleh orang-orang yang mendorong gerobak dagangan untuk pulang. “setiap hari saya mendorong gerobak dari Malioboro menuju Pajeksan,” unkap Joko, yang akrab disapa dengan Joko Lepek, seorang pendorong gerobak. Dengan ini, berarti citra buruk Pajeksan tidak sekedar hanya slentingan dari orang-orang yang tidak benar-benar tahu tentang Pajeksan.
0 comments:
Post a Comment